Guru Besar TIP
Teori umum tentang konsumsi (consumer choice) dan permintaan sebenarnya terjabarkan dari teori utilitas dan pendekatan utilitas yang telah lama mengalami teorisasi menjadi teori umum (general theory) yang sangat mudah dipahami. Teori umum seperti –analisis kurva tak acuh (indifference curve), dalam dirinya sendiri telah sangat mudah difahami tanpa merujuk analisis utilitas, kendati sesungguhnya teori tentang kurva ini merupakan konsekuensi dari adanya konsep utilitas yang melatarbelakangi terjadinya konsumsi. Oleh karena itulah pembahasan tentang konsep utilitas sering kali diabaikan.
Pada saat diperlukan pemahaman yang lebih mendetail tentang watak konsumen (consumer behavior), pembahasan konsep utilitas memiliki relevansi yang lebih nyata. Teori utilitas, atau sering pula disebut teori tentang nilai subyektif (subjective value theory), telah lama berkembang. Dasar-dasar teorisasi utilitas ini telah muncul ke permukaan sejak tahun 1870an, yang pada saat itu dicetuskan hampir dalam waktu yang bersamaan oleh tiga orang ahli ekonomi yang bekerja dalam kemandirian masing-masing. Mereka adalah Williom Stanley Jevons dari Great Britain , Karl Menger seorang warganegara Austria dan Leon Walras ahli ekonomi berkewarganegaraan Perancis. Kepada merekalah, perkembangan teori utilitas yang dewasa ini banyak dibicarakan pada dasarnya berakar.
Istiliah UTILITAS itu sendiri sering diartikan sebagai: the satisfaction that a consumer receives from the goods and services that he or she consumes. Kepuasan dalma konsumsi ini sudah barang tentu syarat nilai dan sangat subyektif yang tidak mudah dilakukan pengukuran-pengukuran. Namun demikian, para ekonomis telah banyak yang berikhtiar bagimana teorisasi ini bisa dilakukan untuk analisis lebih memadai terhadap perilaku konsumen, dan pada gilirannya perilaku permintaan, level individual dan pasar.
Sekurang-kurangnya telah dikenal tiga kelompok pemikiran yang melandasi pengukuran utilitas ini: (i) ordinalitas utilitas, yang beranggapan bahwa utilitas bisa diperbandingkan akan tetapi tidak sepenuhnya bisa diukur perbandingannya dengan ukuran-ukuran yang jelas; (ii) pengukuran Cardinal yang beranggapan bahwa utilitas itu bisa diukur dan diperbandingkan; dan (iii) konsep lexicographic yang melihat asumsi bahwa ordinalitas utilitas sekelompok barang atau jasa dalam konsumsi itu bisa berubah setelah suatu titik jenuh konsumsi terlampaui.
Memperbandingkan keandalan ketiga teori tersebut, secara teoritis konsep lexicographic lebih bisa diterima. Namun demikian pengembangan konsep yang telah dimulai sejak 1960an, sampai sekarang masih mencari format teorisasi yang jelas. Sementara itu, kesulitan pengukuran besaran pada konsep cardinality, telah menempatkan konsepsi ini menjadi bermanfaat untuk konsumsi komoditas tunggal dan menjadi sekedar pembanding pada konsumsi multi komoditas. Konsep standar yang dewasa ini berkembang pada akhirnya adalah konsep ordinality, kendati suatu asumsi tidak masuk akal berupa ketidakberadaan posisi kejenuhan (saturation point) harus dipakai. Sampai batas tertentu konsep ini bisa diterima dengan baik, kendati berasumsi impossibility.
Utilitas Total dan Utilitas Marjinal
Utilitas total (total utility) yang diperoleh dari kegiatan konsumsi suatu komoditas dimengerti sebagai keseluruhan tingkat kepuasan yang diterima oleh konsumen atas konsumsi komoditas tersebut pada berbagai tingkat konsumsi. Apabila asumsi cardinalitas itu benar adanya, konsep utilitas total ini menunjukkan bahwa semakin besar tingkat konsumsinya, sampai suatu tingkat konsumsi tertentu, maka akan semakin besar pula tingkat kepuasan yang diperoleh oleh konsumen. Pada suatu tingkat konsumsi, kepuasan konsumen mencapai klimaksnya dan tidak lagi bisa ditingkatkan. Pada tingkat konsumsi berikutnya, justru terjadi hal yang sebaliknya. Kenaikan konsumsi justru akan mengakibatkan penurunan kepuasan. Tingkat inilah yang kemudian disebut titik jenuh (saturation point) untuk komoditas tersebut.
Dalam kejadian sehari-hari, seringkali kita jumpai hubungan utilitas yang seperti ini. Sampai batas tertentu, konsumsi karbohidrat akan banyak bermanfaat untuk poembangkitan energi manusia. Beberapa waktu yang lalu tidak ada yang berpikir bahwa konsumsi ini bisa destruktif, karena tingkat konsumsi masyarakat negara berkembang pada saat itu masih pas-pasan. Ternyata manfaat ini ada batasnya, kalua tisak diinginkan kondisi kemlekaren atau bahkan sakit gula. Konsumsi keseluruhan barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari sangat diwarnai oleh kondisi saturasi ini.
Utilitas marjinal (marginal utility: MU) sementara itu dimengerti sebagai tambahan manfaat atas tambahan konsumsi barang atau jasa sejumlah satu unit. Secara geometris, apabila dirujuk Gambar 1, bisa dijabarkan bahwa utilitas marjinal sebagai perubahan utilitas karena perubahan konsumsi terukur dari kemiringan kurva utilitas total (total utility: TU). Sebagi ilustrasi, pergeseran dari titik A ke titik B Gambar 1 menunjukkan bagaimana kemiringan kurva utilitas total dari A ke B tersebut merupakan utilitas marjinal.
Persoalan kepuasan ini dalam kenyataan sehari-hari ternyata tidak bisa dicapai sendirian. Konsumsi sehari-hari lebih banyak diwarnai oleh banyak kommoditas untuk menciptakan tingkat kepuasan konsumen masing-masing atai bersama-sama. Pada saat bekerja multi-komoditas, penggambarannya secara geometris sangat tidak dimungkinkan karena keterbatasan grafis, meski sampai batas tertentu multidimensi ini bisa dibayangkan. Model matematis yang menggambarkan hubungan multi-komoditas ini lebih mudah dipahami seperti yang dirumuskan dalam model sederhana berbentuk:
U = f (X1, X2, X3, …….., Xn)
dimana: U = tingkat utilitas yang dicapai
f = hubungan fungsional
Xi = tingkat konsumsi komoditas ke-i.
I = 1, 2 ,3 … n.
U
20
B TUx
A
10
1 2 3 4 5 6 jumlah/waktu, X
DU
DX
MUx
jumlah/waktu, X
Gambar 1. Hubungan utilitas total (TU), utilitas marjinal (MU)
dan tingkat konsumsi
Kurva dan Peta Indifference
Kurva Indifference (Indifferenece curve, IC), atau ada yang menterjemahkannya kurva tak acuh, merupakan salah satu kurva yang terjabarkan dari teori utilitas pada saat konsumen melakukan konsumsi atas beberapa barang atau jasa. Bagian tulisan ini akan mencoba membahas bagaimana kurva IC ini dijabarkan secara geometris dari kurva-kuva utilitas total atas beberapa tingkat konsumsi barang dan jasa. Sudah barang tentu, keterbatasan paparan geometris mengharuskan pembatasan jumlah variabel yang maksimal dibatasi oleh tiga dimensi variabel saja.
Lihat Gambar 2. Gambar 2a menunjukkan bagaimana konsumsi atas dua barang atau jasa menghasilkan utilitas total masing-masing yang berbeda. TUyo menunjukkan besarnya tingkat utilitas total atas konsumsi barang Y pada saat tidak ada konsumsi X. Demikian pula sebaliknya untuk TUxo. Perlu dilihat dulu bagaimana proses konsumsi Y. Pada titik A1, tingkat utilitas yang diperoleh adalah y1A1 atau OU1 (dan pada titik A2 adalah y2A2 atau OU2). Lihat posisi A1 lebih lanjut. Utilitas total OU1 yang diperoleh dari konsumsi Y saja bisa dipertahankan dengan mengganti sebagian konsumsi Y dengan konsumsi X tertentu. Kurva A1B1 menunjukkan tempat kedudukan pada tingkat utilitas total yang sama. Dengan melakukan proyeksi ke bidang XY, maka akan diperoleh proyeksi A1B1 dalam bidang XY menjadi kurva x1y1.
Melalui proyeksi ini, maka kurva y1x2 menunjukkan tempat kedudukan keseluruhan kombinasi tingkat konsumsi X dan Y yang menghasilkan utilitas total sebesar OU1 atau y1A1. Lihat titik E misalnya. Konsumen mengambil kombinasi konsumsi yo untuk barang Y dan xo untuk barang X. Kombninasi konsumsi ini menghasilkan tingkat utilitas sebesar EF atau sebesar y1A1. Melalui penalaran yang sama diperoleh kurva x2y2 untuk proyeksi A2B2, dan seterusnya.
Kumpulan kurva-kurva proyeksi ini kemudian dipindahkan ke dalam gambar bidang dua-dimensi X-Y pada Gambar 2b. Pada bidang ini, kurva yang menghubungkan y1 dan x1 memiliki tingkat utilitas yang berbeda dengan kurva yang menghubungkan y2 dan x2. Penggambaran geometris ini secara relatif membedakan posisi tingkat capaian utilitas yang berbeda antara y1x1 dan y2x2. Kurva y1x1 dan y2x2 inilah yang disebut sebagai IC, dan apabila disajikan dalam bentuk tabulatif sering disebut indifference schedule.
Secara berturut-turut akan kurva-kurva y1x1, y2x2, dan seterusnya dalam utility surface bisa diperbandingkan pada bidang XY ini dengan tingkat utilitas yang lebih tinggi berada semakin jauh dari titik origin (O) sementara yang utilitas lebih rendah akan ditunjukkan olek kurva yang lebih rendah pula.
Nampak dalam gambar adanya kelengkunganmasing-masing kurva. Hal ini menunjukkan adanya pertukaran konsumsi antara Y dan X. kebersediaan pertukaran ini sangat subyektif. Laju pertukaran antara Y dan X yang disebut Marginal Rate of Substitution yang dirumuskan dalam:
MRSxy = MUx/MUy
TUyo Unit
Utilitas TUxo
A2
B2
Y
per unit A1
waktu F B1
U2
y2 U1 X
perunit
x2 waktu
(a) y1 x1
E
yo xo
O
Y
perunit
waktu y2
y1
A
Dy
B
Dx
(b)
x1 x2
X per unit waktu
Gambar 2. Penurunan IC dari Bidang Utilitas (utility surface)
Dengan melihat Gambar 2b, misalkan saja konsumen pada awalnya berada di titik A. Seandainya konsumen tersebut menginginkan bergeser dari titik A ke titik B, maka konsumen tersebut harus mengendalikan konsumsinya terhadap Y dengan mengurangi konsumsi sejumlah Dy dan menggantinya dengan tambahan konsumsi X sebesar Dx untuk tetap bisa bertahan pada tingkat utilitas yang sama. Kehilangan manfaat (utilitas) karena mengurangi konsumsi Y adalah sebesar jumlah unit konsumsi dikekang dilkalikan dengan utilitas marjinalnya (Dy x Muy), sementara itu perolehan manfaat tambahan atas konsumsi tambahan Dx sebasar jumlah tambahan konsumsi ini dikalikan utilitas marjinal pada posisi itu (Dx x Mux).
Berdasarkan pergerakan pada kurva yang sama y2x2 dengan tingkat utilitas yang sama maka kehilangan utilitas akibat pengurangan konsumsi Y sejumlah Dy unit per satuan waktu, harus tergantikan dengan tambahan utilitas yang besarnya sama sebagai akibat tambahan konsumsi X sejumlah Dx unit barang per unti waktu. Dengan demikian, maka:
Dy x MUy = Dx x MUx
Dy MUx
----- = -------- = MRSxy
Dx MUy
Dalam pembahasan ini, dianggap bahwa utilitas ini bisa diukur, tidak sekedar bisa dibandingkan. Jarak OU1 dan OU2 dari Gambar 2a misalnya, sangat terukur dan menunjukkan besarnya tingkat utilitas yang disebabkan oleh konsumsi yang bersangkutan. Anggapan ini dibuat menurut pemahaman cardinality yang memungkinkan ukuran utilitas ini bisa dibuat untuk pembandingan yang sangat tegas. Namun demikian, mengingat beberapa kelemahan cardinality, menurut pemahaman ordinality yang penting adalah pembedaan secara ordinal dan tidak memerlukan ukuran-ukuran yang tegas, tetapi urutan yang tegas.
Dalam bidang dua dimensi X-Y ini, IC-IC lain bisa dibuat menurut besarnya tingkat utilitas yang bervariasi. Kumpulan dari kurva-kurva ini dalam gambar dua dimensi inilah yang kemudian disebut Peta Indifference (Indifference Map), yang secara formal oleh Eckert dan Leftwitch disebutkan sebagai:
a family of indifference curves showing the complete set of consumer’s tastes and preferences – the individual’s preference rangkings of different combinations and sets of combinations – for two items.
Satu hal yang ditonjolkan dalam definisi ini adalah pengertian rangking yang tidak selalu berarti terukur secara kuantitatif (measurable). Sementara itu, pengertian peta ini memang sangat dibatasi oleh kemampuan visual sajian geometris, sehingga terbatas pada: for two items.
Karakteristik IC
Dalam pengembangan teori utilitas pada gambar-gambar sebelumnya, beberapa catatan dasar dalam hal konsumsi harus dipahami lebih awal. Beberapa catatan dasar ini meliputi asumsi-asumsi:
(i) bahwa konsumen bisa menyusun rangking preferensi atas kombinasi tingkat konsumsi yang tersedia. Berdasarkan asumsi ini, konsumen selalu bisa menentukan kombinasi konsumsi yang mana lebih disukai dan kombinasi-kombinasi mana konsumen tidak bisa menentukan perbedaannya (indifferent).
(ii) rangking preferensi konsumen adalah konsisten dan transitive. Seandainya konsumen lebih memilih kombinasi A dibandingkan B, dan memilih B dibandingkan C, maka diapun akan memilih A apabila dibandingkan dengan kombinasi konsumsi C.
(iii) konsumen selalu lebih suka mengkonsumsi lebih banyak barang atau jasa dibandingkan dengan konsumsi lebih sedikit. Berdasarkan asumsi ini, bisa dimengerti bahwa dalma konsumsinya, konsumen tidak pernah dihadapkan pada kondisi kejenuhan konsumsi (satiation point).
Konsekuensi dari asumsi-asumsi inilah, kemudian kurva-kurva tak acuh dalam peta dua-dimensi secara geometris memiliki sifat-sifat dasar: (i) masing-masing kurva IC memiliki kemiringan negatif (downward sloping); (ii) kurva-kurva itu tidak berpotongan satu sama lain; dan (iii) kurva-kurva tersebut cembung terhadap titik awal diagram (titik origin, O).
Kemiringan negatif mengandung pengertian bahwa konsumer lebih suka konsumsi barang lebih banyak dibandingkan yang lebih sedikit. Kalau kurva tersebut horisontal, maka konsumen menjadi tidak memperoleh manfaat lebih terhadap tambahan konsumsi X, pada tingkat konsumsi Y yang tetap. Begitu pula sebaliknya untuk kurva vertikal. Kurva IC ini bisa harisontal atau vertikal pada saat ada kejenuhan, padahal asumsinya konsumsi ini tidak pernah jenuh.
Ketidakmungkinan perpotongan antar kurva menunjukkan konsistensi dan transitifitas preferensi. Seperti yang nampak pada Gambar 4, seandainya kurva U1 dan kurva U2, sebagai dua kurva IC yang berbeda, berpotongan di titik B. Dari tinjauan sepanjang U1, konsumen tidak membedakan utilitas antara titik A dab Titik B. begitu pula berdasarkan kurva U2, tidak ada perbedaan antara titik B dan C. Padahal titik C lebih baik dari titik A. Dalam kondisi titik C lebih disukai dibandingkan titik A, dan titik A berkedudukan sama dengan titik B, maka tidak dimungkinkan titik C sama kedudukannya dengan titik B. Apabila asumsi konsistensi dan transitifitas harus ada maka perpotongan antar kurva dalam hal ini adalah sesuatu yang tidak dimungkinkan.
Y per-unit
waktu
U1 U2
y1 A B
x1 x2 X per unit waktu
Gambar 3. IC yang menunjukkan B lebih disukai daripada A
Y per-unit
waktu
U2
U1
* B
y1 A
*
B
x1 x2 x3 X per unit waktu
Gambar 4. Perpotongan antar kurva yang tidak dimungkinkan
Sampai saat ini belum dibuktikan adanya karakter kecembungan (convex) kurva IC, melalui pemahaman konsep Laju Pertukaran Marjinal (MRS: marginal rate of substitution) yang telah dibahas sebelumnya, kecembungan ini akan bisa dibuktikan. Sebagaimana telah dipahami bahwa MRSxy adalah suatu peretukaran antara konsumsi sejumlah barang atau jasa Y untuk konsumsi sejumlah barang atau jasa X. Persoalan yang melatarbelakangi pertukaran ini adalah kebersediaan yang sifatnya sangat subyektif.
Dalam subyektifitas ini penilaian individual (personal valuation) dan kebersediaan mempertukarkan antar konsumsi barang dan jasa sangat tergantung pada posisi berapa besar barang atau jasa tersebut berarti bagi seorang konsumen. Pada saat seseorang memiliki barang Y yang banyak, maka dengan mudah saja dia melepaskannya dan menukarkannya dengan X, terlebih pada saat dia tidak memiliki banyak X. Begitu pula yang terjadi sebaliknya, pada saat jumlah Y yang dimiliki oleh seorang konsumen sangat terbatas, maka dia relatif sulit mempertukarkannya dengan X yang pada saat sama telah banyak dimiliki oleh konsumen tersebut. Hanya jumlah X yang besar sekali bisa menyebabkan pertukarannya dengan satu unit Y pada kondisi ini terjadi.
Bisa dicontohkan dari apa yang terjadi sehari-hari. Apabila bisa dikelompokkan bahwa peta konsumsi harian seseorang konsumen adalah sandang dan pangan. Orang tidak bisa hidup dengan sandang saja atau pangan saja. Pada saat anda memiliki pangan banyak, maka yang Anda butuhkan pada saat itu adalah sandang yang layak, dan Anda tidak berkeberatan untuk menukarkan sejumlah pangan yang sangat banyak untuk sekedar memperoleh sehelai pakaian. Tetapi pada saat Anda tidak memiliki cadangan pangan, tetapi memiliki beberapa aset berupa sandang, maka kebersediaan memperetukarkan sandang terhadap pangan menjadi brelatif besar. Sejumlah pakaian yang banyak boleh dipertukarkan dengan sepiring pangan saja, bilamana perlu.
Secara geometris hal ini bisa ditunjukkan sebagai berikut. Pada saat Y dalam jumlah cukup besar maka MRSxy yang besarnya Dy/Dx akan relatif besar, pada saat jumlah Y sedang-sedang saja MRSxy akan sedang-sedang pula, dan pada saat Y dalam jumlah terbatas maka MRSxy akan bernilai sangat kecil, karena pada saat terakhir ini Anda semakin sulit melepaskan Y yang sudah pas-pasan. Nilai MRSxy yang semakin menurun inilah yang populer dengan watak semakin menurun (deminishing marginal rate of substitution), sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 5.
Y per-unit
waktu
y1
y2
x1 x2 x3 x4 X per unit
waktu
Gambar 5. Laju pertukaran yang semakin menurun
Kendala Dalam Konsumsi
Sementara ini apa yang dibahas dalam review ini hanyalah selera dan preferensi konsumen saja, dan sama sekali belum melihat apakah preferensi yang bertingkat-tingkat dalam berbagai kurva indifference itu bisa dicapai oleh konsumen yang bersangkutan atau hanya sekedar angan-angan. Pada bagian berikut inilah attainability atau bisa-tidaknya preferensi tersebut terpenuhi akan dibahas.
Perihal utama yang memungkinkan bisa dipenuhi tidaknya tingkat utilitas yang dicanangkan oleh konsumen dalam keseharian pasar sangat diwarnai oleh kemampuan finansial konsumen tersebut, yang dalam hal ini ditunjukkan oleh tingkat pendapatan konsumen. Sudah barang tentu tidak hanya besarnya pendapan ini saja yang menentukan akan tetapi tingkat capaian konsumsi yang memunculkan utilitas inipun sangat ditentukan oleh tingkat harga barang dan saja.
Pada Gambar 6 ditunjukkan bagaiman pendapatan konsumen ini saling berinteraksi membentuk garis anggaran (budget line:BL). Apabia seorang dosen dalam konsumsi ini memperoleh gaji bulanan sebesar Rp 400 000,- (empat ratus ribu rupiah, yang selanjutnya ditulis 400 saja), dan dua barang konsumsinya X dan Y memiliki harga per unit masing-masing Rp 8.000 dan Rp 4.000 (selanjutnya ditulis 8 dan 4 saja), maka terbentuk sebuah garis batas, AB, yang disebut garis anggaran atau garis budget (BL).
Perpotongan BL dengan sumbu vertikal, Y, akan terletak pada suatu jumlah pada mana keseluruhan dana atau budget habis terbagi dengan harga Y per-unit. Kenapa demikian?. Pada Gambar 6, titik potong tersebut adalah titik B. Pada titik B ini, jumlah konsumsi X adalah nol, sehingga keseluruhan budget tersedia terkonversi menjadi jumlah Y yang maksimal bisa dikonsumsi. Dengan nalar yang sama titik potong dengan sumbu horisontal diperoleh pada titik A, yang menunjukkan jumlah X yang maksimal bisa dikonsumsi pada saat konsumsi Y nihil. Apabila A dan B ini dihubungkan secara linier, maka garis yang terbentuk akan menunjukkan garis budget atau garis anggaran. Garis inilahlah yang menunjukkan tingkat kombinasi konsumsi maksimal bisa dilakukan oleh konsumen.
Pengertian maksimal bagi garis budget ini perlu sekali ditegaskan dalam hal ini karena garis ini merupakan garis batas. Semua titik yang berada di sebelah kiri atau tepat pada garis BL ini merupakan titik kombinasi konsumsi yang mungkin dilakukan atau dicapai oleh konsumen (attainable), sedangkan titik-titik kombinasi konsumsi yang berada di atas atau sebelah kanan garis ini merupakan titik-titik konsumsi yang tidak mungkin tercapai bagi konsumen yang bersangkutan (unattainable).
Tingkat harga sangat mempengaruhi keberadaan garis budget ini. Tidak hanya jaraknya dari titik origin yang ditentukan, tetapi perbandingan harga barang atau jasa yang dikonsumsi menentukan pula kemiringan garis dudget. Sebagai ilustrasi pengaruh harga terhadap kemiringan bisa dilihat pada Gambar 7. Sementara, kedudukannya sebagai garis batas yang menentukan tingkat capaian konsumsi dan sekaligus tingkat utilitas konsumsi ditunjukkan oleh Gambar 8. Pada gambar 8 ini memisahkan kurva indifference bagi utilitas yang berbeda-beda tersebut dalam posisi attainable maupun unattainable.
Y per-unit
waktu
100 B
75
A
25 50 X per unit waktu
Gambar 6. Garis Anggaran atau Garis Budget (budget line)
Y per-unit
waktu
B2
B1
y1
I1 I2
A1’ A1 A2
x1 x2 x3 X per unit waktu
Gambar 7. Perpotongan antar kurva yang tidak dimungkinkan
Y per-unit
waktu
A
B
y1 1 C * F
U4
D U3
U2
x1 X per unit waktu
Gambar 7. Kombinasi konsumsi yang dimungkinkan
Garis budget yang ada pada Gambar 7 memilahkan dengan jelas mana tingkat utilitas yang bisa dicapai oleh konsumen dan mana yang tidak bisa dicapai. Kurva U4 jelas sekali sepenuhnya berada di luar jangkauan atau potensi konsumen untuk mencapainya. Potensi ini ditunjukkan oleh garis anggaran yang dimiliki konsumen. Kurva-kurva yang mungkin dicapai oleh konsumen adalah U2, U3 dan U4.
Dalam batas maksimalnya, garis budget itu sendiri memiliki potensi untuk mencapai U1, U2 dan U3. Dalam kondisi maksimum ini titik-titik A, B, , D dan E merupakan titik-titik yang attainable pada posisi maksimal. Namun demikian, apabila titik tersebut diperbandingkan, maka kelihatan sekali bahwa konsumen itu sangat bodoh kalau memilih titik B dab D, apalagi titik A dan titik C. Ini adalah kebodohan besar karena pada saat yang sama sebetulnya dia bisa memilih kombinasi yang ada pada titik C dengan tingkat utilitas maksimal yang dimungkinkan: U3.
Steak/
unit waktu
I2/Py U1 U2
I1/Py
S2 kurva konsumsi-income (kurva Engel)
S1
O h1 h2 I1/Px
housing/unit waktu
I/unit waktu Es
I2
I1
O S1 S2 Steak/unit waktu
I/unit waktu
I2
I1
O h1 h2 housing/unit waktu
Gambar 9. Kurva Engel dalam konsumsi dua barang atau jasa
Y per
unit waktu
I2/Py U1 U2 kurva konsumsi-income
I1/Py
(a)
O x2 x1 I1/Px
gereh per unit waktu
I/unit waktu
I2 B
I1 A
(b)
O x2 x1 gereh/unit waktu
Gambar 10. Kurva Engel untuk barang inferior (contoh: ikan asin)
I per unit
waktu
E
I2 B
sI
I1 A
(a)
sx
E
O x1 x2 X per unit waktu
I per unit
waktu
E
(b)
F
E
T O M X per unit waktu
Gambar 11 : Elastisitas permintaan terhadap pendapatan
(a) e = ( Dx/x1) : (DI/I1) (b) e = OM/MT
Y per
unit waktu
I1/Py1 U2
I1/Py U1 kurva konsumsi-harga
y1
y2
O b2 b1 I1/Pb2 I1/Pb1
beras/unit waktu
Harga beras
per unit D
Pb2 E2
Pb1 E1
O b2 b1 beras /unit waktu
Gambar 12 : Kurva Permintaan terjabarkan dari perubahan harga yang
membentuk kurva konsumsi-harga(price-consumption curve:PCC)
Y per
unit waktu
I1/Py1 U2
U1 PCC
y1
y2
O x2 x1 I1/Px2 I1/Px1
X/unit waktu
Gambar 13 : Elastisitas permintaan terhadap harga: inelastic
Y per
unit waktu
I1/Py1 U2
U1
y1 PCC
O x2 x1 I1/Px2 I1/Px1
X/unit waktu
Gambar 14 : Elastisitas permintaan terhadap harga: unitary elastic
Y per
unit waktu
I1/Py1 U2
U1
y2
y1
PCC
O x2 I1/Px2 x1 I1/Px1
X/unit waktu
Gambar 15 : Elastisitas permintaan terhadap harga: elastic
Y
per unit
waktu
I'/Py1 J'
I1/Py1 J U1 U2
C
y2 B
y1 A
L L' K
O x2 x' x1 I/Px2 I'/Px2 I/Px1
X per unit waktu
Gambar 16. Effek Pendapatan dan Substitusi (income and substitution effect)
sebagai akibat dari perubahan harga barang atau jasa.
CATATAN AKHIR
Bahan review ini disusun berdasarkan beberapa bahan bacaan Teori Ekonomi yang sebaiknya dirujuk oleh para mahasiswa. Bahan bacaan tersebut adalah.:
ECKERT, Ross D. and Richard H. LEFTWITCH. The Price System and Resource Allocation. Tenth Edition.
HENDERSON, James M. and Richard E. QUANDT. Microeconomic Theory: a Mathematical Approach.
NICHOLSON, Walter. Microeconomic Theory: Basic Principles and Extension.
PHLIPS, Louis. Applied Consumption Analysis.
TOMEK, William G. and Kenneth L. ROBINSON. Agricultural Product Prices. Third Edition.
VARIAN, L. Microeconomic Theory.